Artikel,
Badai dan Bintang Laut Ancam Terumbu Karang
Posted by Unknown
Published on Selasa, 07 Mei 2013
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia hampir separuhnya mati.
Hasil sebuah studi menunjukkan apa yang paling berbahaya bagi terumbu
karang itu. Dokumentasi web DW "Namatis Welt" melengkapi penjelasannya.
Seberapa parah kematian terumbu karang terbesar sedunia di kawasan
Pasifik Selatan, yakni Great Barrier Reef di Australia Timur
dipublikasikan dalam sebuah hasil studi yang dilakukan peneliti
Universitas Wolongong dalam sebuah majalah ilmiah "Proceedings of the
National Academy of Sciences."
Menurut studi tersebut dalam 27 tahun terakhir sekitar separuh dari seluruh terumbu karang atau koloni koral Australia punah.
Yang mengejutkan: Bukan perubahan iklim dan faktor-faktor yang terkait
dengan itu yakni kenaikan suhu air laut dan kenaikan tingkat keasaman
air laut, yang menjadi penyebab utama kematian massal koloni koral,
melainkan badai dan serangan bintang laut yang terutama berkembang biak
secara agresif.
Bintang laut dari jenis "Mahkota Duri" memangsa terumbu karang hingga
habis. Jenis bintang laut ini terutama dapat berkembang biak dengan
pesat, karena mendapat imbuhan bahan pangan yang masuk ke laut, terutama
dari sektor pertanian yang meningkat pesat pada beberapa dekade
terakhir.
Terumbu karang yang masih sehat berwarna-warni cemerlang.
Pemupukan Berlebihan Picu Pemangsa
Bintang laut jenis "Mahkota Duri" dengan demikian menjadi musuh utama
terumbu karang. Peneliti Australia menuduh binatang ini bertanggung
jawab atas punahnya sekitar 50 persen terumbu karang.
Sementara lebih dari sepertiga populasi terumbu karang musnah akibat
badai, yang merusak mekanisme terumbu karang. Di tempat ketiga barulah
perubahan iklim dan meningkatnya keasaman laut. Karena CO 2 dalam air
bersenyawa menjadi asam karbonat. Pemucatan terumbu karang yang
ditimbulkannya, menyebabkan kepunahan sekitar 18 persen koloni koral.
Kerusakan ini terutama terjadi amat parah tahun 1998 dan 2002.
Tapi laju kematian koloni koral itu bukannya tidak dapat dihentikan dan
dipulihkan kembali. Ketua Institut untuk Ilmu Kelautan Australia, John
Gunn memperkirakan, bahwa terumbu karang dalam waktu puluhan tahun dapat
pulih kembali, jika pembuangan air limbah ke laut dapat dihentikan.
0 komentar
Readers Comments